Laman

Sabtu, 05 Mei 2012

tulisan softskill


PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA 5/10Th TERAKHIR


Dalam 10 tahun terakhir (1998-2008), pembangunan di Indonesia mengalami kemajuan signifikan. Pertumbuhan ekonomi, misalnya, pada tahun 1998 minus 13.1 persen. Pada SBY tampil sebagai Presiden, tahun 2004, pertumbuhan ekonomi naik pesat menjadi 5.1 persen. Dan tahun 2008 diproyeksikan sebesar 6,4 persen. Cadangan devisa yang semula 33.8 miliar dolar AS, pada tahun 2008 naik menjadi 69.1 persen.
Tingkat kemiskinan juga terus berkurang. Pada tahun 1998, angka kemiskinan mencapai 24.2 persen. Pada masa awal Presiden SBY, tingkat kemiskinan ini turun menjadi 16.7 persen. Dan pada 2008 tinggal 15.4 persen dari total penduduk Indonesia.
Utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) dipangkas habis pada masa pemerintahan SBY. Tengok saja, pada tahun 1998, utang Indonesia kepada IMF sebesar 9.1 miliar dolar AS. Pada tahun 2006, dua tahun setelah memimpin Indonesia, Presiden SBY berhasil melunasi seluruh utang kita sebesar 7.8 miliar dolar AS.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia enam tahun terakhir dari tahun 2005 hingga 2010, diklaim pemerintah sebagai sebuah prestasi kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah (SBY). Jika melihat angka pertumbuhan ekonomi enam tahun terakhir yang rata-rata pertumbuhannya sekitar 5,7 persen setiap tahunnya, memang bisa saja dikalim sebuah sebuah prestasi kebijakan perekonomian yang dijalankan pemerintah. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah pertumbuhan ekonomi enam tahun belakangan ini mampu memberikan dampak yang berarti terhadap pemerataan pendapatan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, penurunan angka kemiskinan dan penurunan angka pengangguran. Idealnya sebuah pertumbuhan ekonomi bisa dianggap berprestasi apabila pencapaian angka-angka pertembuhan tersebut mampu mendrive peningkatan kesejahteraan masyarakat, perluasan kesempatan kerja  dan mempersempit kesenjangan pendapatan masyarakat.

Merujuk kepada data BPS menunjukkan besaran angka koefisien gini dari tahun 2005 hingga 2010 yang bergerak diantara level 0,33 s/d 0,38, yang bahkan diatas pencapaian tahun 2004 yg sebesar 0,32 ( peninggalan kinerja masa pemerintahan sebelumnya ) mengindikasikan bahwa selama enam terakhir pemerintahan SBY tidak mampu menyelesaikan permasalahan kesenjangan pendapatan. Jangankan menyelesaikan, menunjukkan sebuah indikasi ke arah lebih baik pun kita bisa menyimpulkan tidak. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya pembagian kue yang tidak merata pada saat capaian pertumbuhan yg relatif baik enam tahun terakhir ini.


Selain permasalahan kesenjangan pendapatan, masih adanya permasalahan lain terkait pencapaian kinerja perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 6 tahun terakhir antara lain sektor yang mendrive pertumbuhan ekonomi selama enam terakhir,  kemiskinan yang tak teratasi, angka pengangguran yang tidak menunjukkan perbaikan dan munculnya gejala deindustrialisasi. Hal-hal inilah yang seharusnya menjadi sebuah parameter untuk mengukur apakah pertumbuhan ekonomi yang diklaim pemerintah ini adalah sebuah prestasi, apakah pertumbuhan yang dimaksud oleh pemerintah adalah pertumbuhan yang berkualitas dan atau sebaliknya. Harusnya pemerintah tidak dibutakan hanya dengan melihat dan mementingkan angka pertumbuhan ekonominya saja, akan tetapi juga harus sangat memperhatikan kualitas pertumbuhannya.
sumber: http://www.presidenri.go.id/index.php/indikator/ , http://www.bps.go.id/brs_file/pdb-21nov05.pdf?, http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/01/12/%E2%80%9Cpertumbuhan-ekonomi-yang-diklaim-baik-gagal-mengangkat-tingkat-kesejahteraan-masyarakat%E2%80%9D/
 



 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar