PEMBANGUNAN
DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA 5/10Th
TERAKHIR
Dalam 10 tahun
terakhir (1998-2008), pembangunan di Indonesia mengalami kemajuan
signifikan. Pertumbuhan ekonomi, misalnya, pada tahun 1998 minus 13.1
persen. Pada SBY tampil sebagai Presiden, tahun 2004, pertumbuhan
ekonomi naik pesat menjadi 5.1 persen. Dan tahun 2008 diproyeksikan
sebesar 6,4 persen. Cadangan devisa yang semula 33.8 miliar dolar AS,
pada tahun 2008 naik menjadi 69.1 persen.
Tingkat kemiskinan
juga terus berkurang. Pada tahun 1998, angka kemiskinan mencapai 24.2
persen. Pada masa awal Presiden SBY, tingkat kemiskinan ini turun
menjadi 16.7 persen. Dan pada 2008 tinggal 15.4 persen dari total
penduduk Indonesia.
Utang kepada Dana
Moneter Internasional (IMF) dipangkas habis pada masa pemerintahan
SBY. Tengok saja, pada tahun 1998, utang Indonesia kepada IMF sebesar
9.1 miliar dolar AS. Pada tahun 2006, dua tahun setelah memimpin
Indonesia, Presiden SBY berhasil melunasi seluruh utang kita sebesar
7.8 miliar dolar AS.
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia enam tahun terakhir dari tahun 2005 hingga 2010,
diklaim pemerintah sebagai sebuah prestasi kebijakan ekonomi yang
dilakukan oleh pemerintah (SBY). Jika melihat angka pertumbuhan
ekonomi enam tahun terakhir yang rata-rata pertumbuhannya sekitar 5,7
persen setiap tahunnya, memang bisa saja dikalim sebuah sebuah
prestasi kebijakan perekonomian yang dijalankan pemerintah. Akan
tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah pertumbuhan ekonomi enam
tahun belakangan ini mampu memberikan dampak yang berarti terhadap
pemerataan pendapatan, peningkatan kesejahteraan masyarakat,
penurunan angka kemiskinan dan penurunan angka pengangguran. Idealnya
sebuah pertumbuhan ekonomi bisa dianggap berprestasi apabila
pencapaian angka-angka pertembuhan tersebut mampu mendrive
peningkatan kesejahteraan masyarakat, perluasan kesempatan kerja
dan mempersempit kesenjangan pendapatan masyarakat.
Merujuk
kepada data BPS menunjukkan besaran angka koefisien gini dari tahun
2005 hingga 2010 yang bergerak diantara level 0,33 s/d 0,38, yang
bahkan diatas pencapaian tahun 2004 yg sebesar 0,32 ( peninggalan
kinerja masa pemerintahan sebelumnya ) mengindikasikan bahwa selama
enam terakhir pemerintahan SBY tidak mampu menyelesaikan permasalahan
kesenjangan pendapatan. Jangankan menyelesaikan, menunjukkan sebuah
indikasi ke arah lebih baik pun kita bisa menyimpulkan tidak. Hal ini
mengindikasikan bahwa adanya pembagian kue yang tidak merata pada
saat capaian pertumbuhan yg relatif baik enam tahun terakhir ini.
Selain
permasalahan kesenjangan pendapatan, masih adanya permasalahan lain
terkait pencapaian kinerja perekonomian Indonesia dalam kurun waktu 6
tahun terakhir antara lain sektor yang mendrive pertumbuhan ekonomi
selama enam terakhir, kemiskinan yang tak teratasi, angka
pengangguran yang tidak menunjukkan perbaikan dan munculnya gejala
deindustrialisasi. Hal-hal inilah yang seharusnya menjadi sebuah
parameter untuk mengukur apakah pertumbuhan ekonomi yang diklaim
pemerintah ini adalah sebuah prestasi, apakah pertumbuhan yang
dimaksud oleh pemerintah adalah pertumbuhan yang berkualitas dan atau
sebaliknya. Harusnya pemerintah tidak dibutakan hanya dengan melihat
dan mementingkan angka pertumbuhan ekonominya saja, akan tetapi juga
harus sangat memperhatikan kualitas pertumbuhannya.
sumber:
http://www.presidenri.go.id/index.php/indikator/
, http://www.bps.go.id/brs_file/pdb-21nov05.pdf?,
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/01/12/%E2%80%9Cpertumbuhan-ekonomi-yang-diklaim-baik-gagal-mengangkat-tingkat-kesejahteraan-masyarakat%E2%80%9D/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar